[Extra Quality] Download Film Sokola Anak Rimba
CLICK HERE ===> https://byltly.com/2sXvC8
"Mira dan Riri adalah yang paling aku kagumi sebagai filmaker. Catatan Riri juga saya cek, aku setuju karena mereka mengerti dan benar-benar berpihak kepada orang rimba," ujarnya. (abu/jpnn)
Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November adalah momen bersejarah untuk bangsa Indonesia mengenang perjuangan pendidikan di Tanah Air. Sebagai seorang anak didik tentu merayakan Hari Guru ini menjadi hal yang perlu dilakukan. Untuk mengingat dan menghargai perjuangan mereka. Salah satu caranya bisa dengan nonton film tentang guru Indonesia yang menginspirasi.
Satu lagi film karya Riri Riza yang menjadi rekomendasi film tentang guru terbaik yakni Laskar Pelangi. Film yang juga diangkat dari novel karya Andrea Hirata ini diterbitkan pada tahun 2008 dan berhasil menjadi salah satu film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak. Film ini berkisah tentang anak-anak Pulau Belitung yang berjuang untuk sekolah. Anak-anak Belitung dan kedua gurunya berjuang agar sekolah mereka tidak ditutup.
Ya, sosok guru yang diceritakan dalam film ini juga tak kalah menginspirasi. Ia adalah Ibu Muslimah yang diperankan oleh Cut Mini. Dari sosok bu Muslima ini kamu akan belajar tentang bagaimana perjuangan seorang guru yang mengajar di pelosok dalam Indonesia. Ia mengorbankan hidupnya demi memberikan masa depan yang gemilang untuk anak muridnya.
Siapa yang tidak tahu Laskar Pelangi? Film yang diangkat dari novel best seller karya Andrea Hirata juga menorehkan prestasi luar biasa ketika diadaptasi menjadi film. Film ini menceritakan tentang perjuangan anak-anak yang bersekolah di Belitung, kampung dari Andrea Hirata sendiri. Film ini mengisahkan perjuangan guru dan murid yang bersekolah di Muhammadiyah.
Sokola Rimba adalah film yang menceritakan tentang seorang perempuan bernama Butet Manurung (Prisia Nasution) yang mengajarkan baca tulis kepada anak-anak masyarakat Suku Anak Dalam. Suku Anak Dalam dikenal dengan anak Orang Rimba.
Petualangan Menangkap Petir adalah film yang diperankan oleh Abimana Aryasatya pada tahun 2018. Film ini menceritakan tentang seorang anak bernama Sterling yang aktif mengelola konten Youtubenya sehingga Sterling (Bima Azriel) tidak memiliki teman.
Film ini mengajarkan kita bagaimana caranya bergaul dan berkomunikasi dengan teman sebaya. Film ini tidak murni tentang pendidikan tetapi dengan menonton film ini detikers dapat belajar bagaimana caranya merasakan keseruannya menjadi anak-anak dan bergaul dengan sesama.
Menariknya, film ini menceritakan anak-anak difabel yang memiliki semangat tinggi. Terdapat tokoh bernama Ondeng dengan keterbelakangan mental, Askal adalah seorang tuna netra, dan anak-anak lainnya yang bernama Inal, Ria, dan Yanti. Dalam film ini tersirat semangat untuk bersekolah serta belajar dapat terjadi dimana saja.
Film ini keren! Sangat bagus untuk menghangatkan hati kita, melihat perspektif yang berbeda, dan menjadi renungan-renungan untuk kehidupan. Untuk anak-anak, film ini bagus untuk memberikan wawasan kepada mereka tentang keragaman teman-teman mereka yang ada di berbagai penjuru Indonesia. Membayangkan perjalanan 7 jam menuju sekolah dan belajar dengan fasilitas seadanya adalah benih yang bagus untuk memperbesar kapasitas bersyukur mereka.
Ketika duet Riri Riza dan Mira Lesmana mengangkatnya ke layar lebar, banyak orang berharap mereka mengulang sukses mengangkat kisah anak-anak Belitong dari novel Laskar Pelangi. Sokola Rimba merupakan film keempat yang mereka adaptasi dari buku, setelah Gie (2005) yang dibuat berdasarkan buku Catatan Seorang Demonstran karya So Hok Gie (1983), serta Laskar Pelangi (2008) dan Sang Pemimpi (2009) dari novel karya Andrea Hirata.
Tokoh Butet diperankan Prisia Nasution. Seperti Laskar Pelangi, Riri kembali melibatkan orang lokal dalam filmnya kali ini. Mereka adalah Nyungsang Bungo, Beindah, dan Nengkabau, serta dibantu sekitar 80 anak rimba yang berasal dari pedalaman hutan Bukit Dua Belas. Meski bukan aktor profesional, Riri mengaku tidak mengalami kesulitan dalam mengarahkan peran mereka.
Tentu tak semua pengalaman Butet yang kaya warna di bukunya setebal 348 halaman itu divisualkan. Ada keterbatasan durasi. Inti film berpijak pada tokoh Butet dan Nyungsang Bungo, anak Rimba yang tinggal di Hilir Sungai Makekal. Dia adalah remaja cerdas dan serius ingin belajar. Dari Nyungsang inilah konflik dibangun.
Potret kehidupan Orang Rimba tersaji apik dalam film ini. Mulai dari kondisi hutan Orang Rimba yang dikepung kelapa sawit, gelondongan-gelondongan kayu bergelimpangan di sana-sini, hasil buruan yang makin berkurang seiring dengan masifnya pembabatan hutan, sampai pada transaksi ekonomi di pasar yang kerap menipu orang-orang rimba.
Sebagai sebuah film cerita, Sokola Rimba memang memasukkan tokoh rekaan dan dramatisasi. Tapi itu tak membuat Riri menghilangkan narasi. Dia mungkin punya alasan lain. Dengan membuatnya seperti film dokumenter, kita justru bisa melihat kehidupan anak Rimba yang natural. Misalnya cara mereka bicara, berpakaian, berburu, dan berhubungan dengan orang lain, hingga ritual adat. Apa yang mereka ungkapkan dalam film terasa betul murni dari hati.
Dengan semangat belajar dan meraih impian mereka, kesebelas siswa di sekolah tersebut berhasil menorehkan sejumlah prestasi membanggakan setelah mengikuti lomba cerdas cermat di daerah. Namun perjalanan anak-anak tersebut tidaklah mudah, karena ada sejumlah rintangan yang dihadapi bersamaan dengan keterbatasan. Film ini mengandung kisah motivasi yang bakal membangkitkan semangat kalian dalam bersekolah dan mengejar cita-cita. Sehingga nggak ada salahnya buat masukin wishlist tontonan film motivasi Indonesia.
\"Kami senang memutar pertama kali di Jambi. Dimana film ini menceritakan sekolah orang rimba Jambi. Film bisa dibuat karena ada sosok wanita hebat, Butet Manurung,\" ungkap Mira Lesmana, produser Sokola Rimba sebelum pemutaran film.
Sedangkan Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus, mengajak kepada pelajar di Jambi untuk mengambil sisi positif dari film Sokola Rimba. \"Kita bisa melihat bagaimana ada anak-anak di Rimba saja keinginan untuk belajar sangat tinggi. Seharusnya yang di kota lebih semangat lagi,\" jelasnya.
Dalam filmnya Sokola Rimba saya merasa sangat senang untuk orang rimba karena mereka belajar membaca, menulis dan nomor-nomor tambahkan. Karakter saya favorit adalah Doctor Astrid karena percaya komunitas salah tentang orang rimba dan orang rimba lebih cerdas mengerti lingkungan. Tema menggambarkan efeknya transmigrasi, menghancurkan hutannya dan penyebaran perkebunan kelapa sawit. Dalam Indonesia orang rimba digambarkan minoritas sosial dan budaya. Orang yang tingal di hutannya menggambarkan tradisional aspek budaya.
Saya menonton film itu di bioskop dengan teman-teman saya dari sekolah saya. Ketika saya mendengar tentang film ini, saya tahu film itu terlihat tertarik. Saya suka cerita film, karekter nama Butet dan Orang Rimba, tetapi saya tidak suka Butan karena dia tidak berpikir tentang Orang Rimba, hanya bisnisnya dan uang. Tema favorit saya ketika butet bertemu wanita dari Warung karena dia sangat lucu! I rekomendasi film itu ke anak-anak dari umur 10+ karena film itu memiliki beberapa tema yang rumit
Saya menonton film Sokola Rimba dan saya suka film ini karena itu berdasarkan kisah nyata. Film ini tentang grup minoritas di Indonesia, transmigrasi, penebangan hutan dan perkebunan kelapa sawit pengembangan. Saya suka Butet karena dia membantu Orang Rimba dan mengajar anak-anak membaca, menulis dan berhitung. Dia tahu rimba adalah penting untuk mereka, jadi dia membantu mereka meneruskan hidup di rimba.
Ketika duet Riri Riza dan Mira Lesmana mengangkatnya ke layar lebar, banyak orang berharap mereka mengulang sukses mengangkat kisah anak-anak Belitong dari novel Laskar Pelangi. Sokola Rimba merupakan film keempat yang mereka adaptasi dari buku, setelah Gie (2005) yang dibuat berdasarkan buku Catatan Seorang Demonstran karya So Hok Gie (1983), serta Laskar Pelangi (2008) dan Sang Pemimpi (2009) dari novel karya Andrea Hirata.
Tokoh Butet diperankan Prisia Nasution. Seperti Laskar Pelangi, Riri kembali melibatkan orang lokal dalam filmnya kali ini. Mereka adalah Nyungsang Bungo, Beindah, dan Nengkabau, serta dibantu sekitar 80 anak rimba yang berasal dari pedalaman hutan Bukit Dua Belas. Meski bukan aktor profesional, Riri mengaku tidak mengalami kesulitan dalam mengarahkan peran mereka. 2b1af7f3a8